Curhat Seorang Teman


Wilayah tembalang sore itu sedang diguyur hujan yang deras, suara petir menggema dalam jeda waktu tidak tentu dibarengi angin kencang yang bisa diketahui saat lihat satu pohon yang terombang ambing daun serta ranting. Beberapa pengendara motor mulai stop di bawah pohon atau ruko paling dekat untuk hindari insiden itu, jelek lah cuaca saat itu bila dipandang, serta saluran air dalam aliran mulai membludak, naik ke aspal untuk cari tempat yang semakin rendah. Semua gambaran itu nampak jelas di kafe yang nyaman ini, tidak demikian ramai suasanya saat itu, asap rokok tidak bersebaran seperti umumnya lalu sepinya kafe itu berimbas pada kecepatan wifi. Rasa sukur terucap oleh bibir ini saat lihat semuanya, baik mengucapkan syukur sebab tidak terserang jeleknya cuaca di luar atau kenyamanan yang ditawarkan kafe ini pada sore itu.

Sesaat selanjutnya bel pintu kafe itu bergemerincing, mengisyaratkan pengunjung yang tiba. Ya, ia ialah seorang rekan lama (telah lama memang tidak bertemu) yang sudah janji untuk tiba menjumpai saya. Sesudah ia pesan minuman, kami basa basi sesaat untuk mendapatkan satu tema yang pas untuk diperpanjang jadi satu percakapan. Pada akhirnya saya mendapatkan tema untuk diproses jadi satu percakapan, yakni mengenai bekas ia, kebetulan ia tidak keberatan untuk berceritanya, atau jangan-jangan ia memang lagi ingin sharing, sapa tahu. 

Ia bercerita bila belum dapat move on dari pacar nya dahulu semasa dua tahun ini dengan fakta ia masih menyukai mantannya. Ia tetap bimbang saat sedang sendirian, kesepian mendadak rasa rindu pada mantannya ada kembali lagi. Lumrah sich pikirku, karena itu saya menawarkan opini mengenai cari seorang untuk alternatif mantannya, "Mengapa kamu tidak cari cowo lain?", beberapa kata itu melaju dari mulut ku, pendapat yang simpel serta akrab. Ia rupanya telah melakukan lama, dari mulai deket dengan beberapa kenalan beberapa temannya sampai dengan rekan BBM ia, tetapi semua terasanya cemplang buat ia. "Sudah no, saya sudah nyoba mengenal ampe jalan dengan beberapa kenalan kawan-kawan ku, tetapi tetep saja semua tak ada yang cocok".

Sesudah interval sesaat, ia juga kembali lagi bicara, "apa cintaku sudah habis di tu cowo ya no?". Satu pertanyaan singkat, ngena serta entahlah mengapa jadi teringat saya nya. "Dapat jadi semacam itu", itu saja jawaban dari pertanyaan ia barusan. Ia juga memang mengetahui, sesudah seringkali merajut kasih, hanya dengan mantannya inilah merasai hal-hal lain tidak seperti dengan bekas yang lain. 

Saat hujan sudah menjadi gerimis, ia juga pamit untuk pulang. Kemungkinan ia akan kembali lagi pikirkan mantannya saat perjalanan pulang, begitupun dengan saya yang pikirkan beberapa kata ia tapi dengan subyek yang beda, "Apa cintaku habis di wanita itu ya?", Mudah-mudahan tidak.

Popular posts from this blog

El Rumi Bicara soal Keinginan Nikah Muda, Pasang Target Usia 24 Tahun Punya Istri